Hangatnya Satu Cup Kopi Dingin
Deru motornya terdengar dari jarak 100 meter dari ujung jalan, tapi sore ini aku tak bisa menyusulnya ke depan pintu karena tengah menyusui bayi mungilnya, buah cinta kami. Bahkan teh hangatpun belum tersaji seperti sore-sore sebelumnya. Terdengar suara khasnya memanggilku sambil membuka pintu rumah, ku seru dengan "ya, masuk" dengan masih tak beranjak dari dudukku di sudut ranjang kamar. Dia kemudian masuk ke kamar dengan menenteng satu kresek putih, sepersekian detik otakku bekerja dan berbincang dalam hati "kayaknya aku ga pesan apa-apa deh". dengan senyumnya kemudian dia menyerahkan isi dari kantong itu kepadaku "ini yank, aku dapat dari mitra. numpang meeting tadi di kantor. Padahal aku cuma bantu nyalain AC eh dikasih". Satu Cup Kopi dingin yang ia tenteng dari kantor ke rumah, yang sengaja ia bawakan untukku daripada meminumnya langsung di sana, wah, hangat juga ini laki-laki. Walau ini bukan kali pertama dia membawakan makanan sepulang kerja, t